Selasa, 30 Maret 2010

UN

UN utama tuk SMA telah selesai dilaksanakan,,,
seperti tahun2 sebelumnya, masih saja terjadi penyimpangan2 yang dilakukan oleh peserta (siswa) atau pun oleh panitia UN (mungkin jga Dinas Pendidikan), tujuannya sama, yaitu ingin lulus UN (bagi siswa) dan juga untuk menaikan rangking dalam sektor pendidikan (bagi Pemda),,,
penulis pernah mengobrol dg salah seorang perserta UN, bahwa dia telah mendapatkan tugas dari pihak sekolahnya untuk menyebarkan jawaban UN, dan lebih parahnya lagi jawaban tu di dapatkan bukan dari pihak sekolah yang ngebuat, tapi dari pihak Dinas Pendidikan.

entah,,,

menurut kebanyakan orang, bahwa untuk mengubah nasib suatu bangsa salah satu faktor yang berpengaruh adalah dari sektor pendidikan, dengan pendidikan akan diciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang berkompeten dalam bidang-bidang tertentu, akan terciptakan generasi-generasi yang beriman, jujur, dan sebagainya (yang baik-baik saja tentunya).

tapi,,,

semua impian itu bagaimana mungkin akan terjadi, jika dalam proses pendidikannya saja sudah diciptakan suasana-suasana yang tidak mencerminkan ke-imanan seseorang, tidak mencerminkan ke-jujuran seseorang?

bagaimana mungkin kita dapat membersihkan lantai dengan air yang kotor?
bagaimana mungkin kita dapat membersihkan badan kita dengan air kotor?

marilah kita semua tetap berpijak pada prinsip kita,,, prinsip sebagai seorang manusia,,, prinsip sebagai seorang muslim,,,


Senin, 15 Juni 2009

Belum Ada Judul

. . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . .

Jumat, 05 Juni 2009

Batu Besar

ada kisah, , , , ,
da seorang dosen yang sedang memberikan kuliah tentang motivasi . . . .
dalam kuliahnya itu, dosen mengambil sebuah ember kemudian ember itu diisi batu besar oleh dosen tersebut sehingga tidak ada lagi batu besar yang dapat masuk ke ember tersebut, kemudian dosen bertanya kepada mahasiswanya,
"Apakah embe ini sudah penuh?"
jawab mahasiswanya, "sudah!"
kemudian dosen tersebut mengambil kerikil-kerikil kemudian memasukannya ke dalam ember tersebut, kemudian dosen bertanya "apakah ember sebelum diisi oleh kerikil tadi sudah penuh?"
jawab mahasiswa "belum"
kemudian dosen bertanya lagi, "apakah sekarang sudah penuh embernya?"
jawab mahasiswa, "sepertinya belum!"
dosen berkata, "bagus"
kemudian dosen tersebut memasukan pasir kedalam ember tersebut, kemudian bertanya kepada mahasiswanya, "apakah sekarang embernya sudah penuh?"
jawab mahasiswa, "belum"
kemudian dosen memasukan air kedalam ember tersebut dan bertanya kepada mahasiswanya, "apakah sekarang sudah penuh?"
jawab mahasiswa, "ya, sudah penuh"
kemudian dosen bertanya "apa yang dapat Anda pelajari dari hal ini?"
salah seorang mahasiswa menjawab, " masukanlah kedalam ember sesuatu yang besar terlebih dahulu, agar yang kecil-kecil dapat ikut masuk, jangan memasukan yang kecil-kecil dahulu, karena sesuatu yang besar tidak akan pernah bisa masuk kedalamnya"
kemudian dosen berkomentar " ya benar, jika kita ingin memanfaatkan waktu (ember) dengan baik, maka pergunakanlah untuk sesuatu hal yang besar, yang sangat berharga terlebih dahulu, jangan untuk hal-hal yang kecil, yang ecek-ecek, yang kurang berharga. karena jika anda mementingkan 'batu besar' maka 'kerikil' pun akan dapat anda bawa, tetapi jika mengisi ember dengan air, pasir, kerikil, sampai penuh, maka batu besar tidak akan dapat Anda bawa"
"sekarang pertanyaannya adalah apakah batu besar buat Anda?"

Senin, 04 Mei 2009

The Choice

Bismillah . . . . . . .

to the point . . . . . . .

mengapa sih Allah menciptakan surga dan neraka?

bukankan Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang?

bukankah setipa orang pasti akan senang jika ia bisa masuk surga dan tidak mau jika ke neraka?

itulah beberapa pertanyaan dari sebagian manusia (termasuk sy).



that 'The Choice' . . . . .



menurut saya pola 'Takdir' kita yang ditentukan oleh Allah adalah pola 'Implikasi' . . . "Jika . . . maka . . ." bukan konjungsi " . . . dan . . ."



bagaimana mungkin Allah akan menjadikan tempat tinggal kita nanti di neraka, padahal itu adalah tempat yang paling tidak diinginkan oleh semua manusia; dengan segala sifa Rahman dan Rahimnya, tetapi itu semua adalah hak Allah . . .



Allah lah yang memiliki kita, kita juga bebas melakukan apa saja terhadap benda milik kita, apakah kita mau merawatnya atau tidak.



oleh karena itu polanya adalah " Jika . . . maka . . ."

kita diberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu, untuk memilih sesuatu, tentunya dengan konsekuensi yang telah ditetapkan oleh Allah.



apakah kita akan melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah dengan konsekuensi kita akan masuk surga (kalau ikhlas) atau sebaliknya, tentu dengan konsekuensi yang berbeda.



Tetapi Allah sangatlah sayang kepada kita, melebihi sayangnya seorang ibu kepada anaknya atau seorang kekasih kepada pujaannya; Allah memberikan rambu-rambu kepada kita, Allah selalu mengingatkan kita agar kita tetap berada dijalannya, Allah tidak membiarkan kita begitu saja untuk masuk kedalam kemaksiatan.



kita juga diberikan kebebasan untuk memilih dalam hal belajar (sekolah), apakah kita mau rajin atau malas.

guru memberikan kebebasan kepada anak muridnya untuk memilih apakah mau rajin atau tidak, tentu dengan konsekuensinya, jika rajin dia akan menjadi pintar (meskipun bukan jaminan) atau memilih untuk malas tentu dengan konsekuensi dia tidak akan pintar (ini adalah suatu jaminan) tetapi guru sayang kepada anak didiknya, dia selalu memberikan peringatan kepada muridnya jika ia malas.

kalau ada guru yang acuh tak acuh kepada murid, kalau malas dibiarkan saja, berarti guru itu tidak sayang kepada muridnya, dia rela membiarkan muridnya untuk menjadi bodoh.



bagi saya, jika ada guru yang memberikan hukuman kepada muridnya karena malas, tidak mengumpulkan tugas atau lain sebagainya, itu semua bukanlah suat bentuk ketidaksayangannya melainkan suatu bentuk sayangnya, namun kadang-kadang kita salah menanggapinya.



itu saja ah sebagai bahan sharing kita kali ini . . . .

Allahu'alam . . . . .

Sabtu, 28 Maret 2009

Pernahkah Rasulullah marah?

Dalam sebuah pengajian rutin, muncul sebuah pertanyaan dari seorang jamaah, “pernahkan Rasulullah saw marah?” kemudian muncul pertanyaan susulan, “ jika pernah marah, kapankah itu terjadi dan bagaimanakah ekspresi kemarahan beliau?”
Aa begitu terharu mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bagaimana tidak, pancaran keingintahuan jamaah tersebut tentang idolanya begitu terlihat. Mereka ingin mengenal lebih jauh tentang Rasulullah saw, termasuk saat beliau marah.
Aa teringat tentang sejarah perang di zaman Rasulullah. Saat perang Hunain berakhir, terjadi aksi protes dari sebagian kaum Anshar yang merasa kecewa dengan pembagian ghanimah (harta rampasan perang) yang dianggap tidak berimbang, karena sebagian besar ghanimah itu dibagikan kepada orang-orang yang baru masuk islam di Makkah.
Sebagian kaum Anshar merasa diperlakukan tidak adil oleh Rasulullah saw. Saat mengetahui hal itu, Rasulullah marah. Kemudian beliau mengatakan sesuatu kepada mereka, “jika Allah dan RasulNya dianggap tidak adil, maka siapa lagi yang adil?”.
Cukup satu kalimat untuk mengekspresikan kemarahannya. Kalimatnya singkat dan mempunyai makna mendalam. Intonasinya datar, caranya pun tepat. Beliau marah pada saat yang tepat dan dengan alasan yang jelas, sehingga mampu membangkitkan kesadaran serta tidak menyakiti siapa pun.
Rasulullah adalah manusia seperti kita yang dianugrahi emosi oleh Allah. Di sisi lain, emosi yang Allah tanamkan kepada diri kita akan membuat kita merasa sedih, marah, bahagia, senang, sayang, dan lain sebagainya. Satu hal yang patut kita tiru dari Rasulullah adalah kemampuan beliau mengendalikan emosi tersebut menjadi suatu kebaikan.
Dengan rasa sayangnya, beliau tidak menzalimi orang lain. Dengan amarahnya, tidak ada seorangpun yang merasa tersakiti, karena disalurkan dengan cara yang epat, dalam kondisi yang tepat, dan kepada orang yang tepat. Dengan semua emosinya, beliau menjadi pribadi yang terhormat karena mampu menyikapi semua hal dengan proporsional. Inilah yang harus kita pelajari dan amalkan. Belajar untuk mengendalikan amarah akan membantu kita hidup lebih tenang.
Jika amarah itu muncul, tahanlah sekuatnya. Rasulullah menganjurkan kita untuk berwudhu agar godaan itu hilang. Rasulullah pun mengisyaratkan, jika kita marah dalam keadan berdiri, maka duduklah. Jika saat itu kita dalam keadaan duduk, maka berbaringlah. Usahakan sekuat tenaga untuk menjauhi lokasi yang dapat memancing kemarahan kita. Tentu saja, kita harus mengisi hari-hari kita dengan memperbanyak zikir dan taubat. Memperbanyak istighfar lebih utama daripada mengomel yang cenderung akan membuat luka hati orang lain.
Jika kita mampu meneladani Rasulullah dalam hal mengendalikan amarah, maka banyak sekali keuntungan yang akan kita dapatkan. Kita akan mejadi pribadi yang tenang, sehat, dan silaturrahmi tetap terjalin, serta keuntungan lainnya, yaitu menjadi pribadi yang terhormat dan terpelihara dari segala bentuk kezalman.
Disalin dari buku: 27 Kisah Hikmah Aa Gym
Diterbitkan oleh Khas MQ. Cetakan III, Jumadil Akhir 1426 H/ Juli 2005